Kamis, 15 Desember 2016

Melahirkan dengan BPJS di RSIA Bunda Aliyah

Catatan sebelum membaca:
Prosedur yg dilakukan ini adalah sebagai peserta BPJS mandiri, bukan dari perusahaan. Kemungkinan ada perbedaan prosedur antara peserta mandiri dan peserta corporate.

Baik mari kita mulai.
Pada bulan April 2016 (tahun ini) istri saya dinyatakan positif hamil dengan usia kehamilan 6 Minggu. Ini sama dengan putri saya yang pertama. Dinyatakan positif pada usia kehamilan 6 Minggu juga... Penting?? Ga juga sih... Hehehe...
Karena kami sekeluarga adalah peserta BPJS, maka disepakatilah pemeriksaan kandungan dengan menggunakan fasilitas BPJS. Lalu apa pemeriksaan yang pertama pakai BPJS? Tidak. Awalnya kami ke klinik dokter tempat putri pertama kami dilahirkan, di daerah Sunter. Untung saat itu kami ada dana yg cukup lumayan. Kali tidak, bingung mo bayarnya. Kenapa saya katakan begitu? Karena saya sudah tidak bekerja di perusahaan. Hanya mengandalkan penghasilan dari Uber Motor. Biaya pemeriksaan kehamilan kedua saat itu adalah Rp 500.000,-. Cukup besar buat saya saat ini. Karena pertimbangan biaya, maka kami memutuskan menggunakan fasilitas BPJS. 
Oh ya, mengapa saya menggunakan kata "kami"? Karena ini adalah kesepakatan bersama. Artinya suami istri harus sepakat, kali ga sepakat pasti cekcok yg ada. Oke, saya lanjutkan kembali.
Sebulan kemudian, kami ke Puskesmas kelurahan untuk pemeriksaan kedua, tepatnya di kel Cakung barat. Kenapa di puskesmas kelurahan? Karena Puskesmas itu yg paling dekat dengan rumah kami. Dan harapan saya, istri bisa melahirkan secara normal. Pada kelahiran putri pertama kami, dengan SC. Hal yang pertama dilakukan adalah pasti mendaftar dulu donk. Ini mutlak, klo ga nti diomelin karena menyalip antrian... Hehe....
Setelah bertemu dengan bidan di Puskesmas, baru dari sana istri saya diminta untuk pemeriksaan gigi dan pemeriksaan darah. Tinggi badan dan berat badan. Pemeriksaan gigi, darah dan tinggi badan hanya sekali. Yg berulang adalah berat badan, untuk mengetahui perkembangan bayi dlm rahim juga. Yg perlu diperhatikan, pemeriksaan gigi bisa di Puskesmas kelihatan. Tp pemeriksaan darah harus di Puskesmas kecamatan, untuk kasus saya di kecamatan Cakung. Bisa di tempat lain selain Puskesmas kecamatan, tapi itu bayar. Kalo di Puskesmas kecamatan gratis, Krn pakai BPJS. Setelah ada hasil cek darah, baru kembali lagi ke Puskesmas kelurahan.
Apakah harus ke Puskesmas kelurahan? Apa ga bisa langsung ke Puskesmas kecamatan? Ya ga harus ke kelurahan, bisa juga langsung ke kecamatan. Tergantung mana yang dekat rumah. Untuk kasus saya, Puskesmas kelurahan adalah yg paling dekat.
Setelah cek darah dan cek gigi selesai, maka pemeriksaan kehamilan pun baru dimulai. Pemeriksaan ini rutin harus dilakukan minimal 1 bulan sekali, atau mengikuti instruksi dari bidan di Puskesmas.
Masuk di bulan keempat dan kelima, saya mulai dirasuki rasa cemas. Kenapa? Karena saya kuatir, kalo ada apa2 dengan jabang bayi saat lahir gimana. Sedangkan proses aktivasi BPJS adalah 2 Minggu setelah pembayaran pertama. Akhirnya saya coba browsing di internet bagaimana cara pendaftaran BPJS calon bayi. Ternyata ada loh. Ini buktinya langsung dari websitenya http://bpjsonline.com/cara-daftar-bpjs-untuk-bayi-dalam-kandungan/. Silahkan dibuka, buat yang males (hehehe) saya beri persyaratan n prosedurnya. Ini dia
Sebagai tambahan, disertakan juga foto hasil USG, jenis kelamin calon bayi, dan bagi peserta kelas 1/2 lampirkan buku tabungan. Ini penampakannya
Dalam kasus saya, pendaftaran saya lakukan pada usia kehamilan 7 bulan. Prosesnya gampang dan cepat, hanya satu hari langsung beres. Tapi persyaratan harus lengkap. Setelah proses pendaftaran selesai, maka akan mendapat no virtual account untuk pembayaran pertama. Bukti pembayaran pertama jgn sampai hilang ya. Krn saat pencetakan kartu, harus dilampirkan. Berikut penampakan no virtual account dan petunjuk pembayarannya.

Nah lanjut lagi... 
Memasuki usia kehamilan tujuh bulan, bidan di Puskesmas akan memberikan surat rujukan untuk pemeriksaan ke RS atau Puskesmas yang ada fasilitas untuk melahirkan. Yang perlu diketahui adalah agar bisa melahirkan secara SC untuk anak pertama, kondisi sang ibu yg memang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Artinya ada diagnosa dari bidan bahwa sang ibu tidak bisa normal. Kalo melahirkan secara normal, maka akan dirujuk ke Puskesmas yg fasilitasnya lengkap. Tapi kalau jika anak pertama lahir secara SC, maka yg kedua dst harus secara SC juga. Sebab bidan di Puskesmas mengantisipasi jika ada kejadian yg disebabkan dari bekas SC yg pertama. Jika anak pertama lahir normal, maka yg kedua dst ada kemungkinan untuk normal. Kenapa saya bilang kemungkinan? Sebab tidak bisa dijamin 100%. Mungkin saja ada hal2 yg menyebabkan kelahiran secara SC. Yg perlu diperhatikan adalah yg merujuk ke RS harus berdasarkan diagnosa bidan, bukan kemauan kita sendiri. Jika memaksa, maka biaya melahirkan tidak ditanggung oleh BPJS.
Karena anak kami yang pertama secara SC, maka yg keduapun jadi harus secara SC juga. Padahal saya berharap bisa normal. Tp pihak Puskesmas tidak menganjurkan. Ya sudahlah, toh ditanggung semua oleh BPJS. Hehehe...
Setelah meriset kesana kesini, akhirnya diputuskanlah untuk dirujuk ke RSIA Bunda Aliyah. Karena RS ini masih masuk dalam faskes lanjutan untuk area Jakarta timur dan juga RS ini khusus untuk ibu dan anak. Untuk fakses lanjutan bisa cek di website https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/m/?module=profile&id=14. Selain itu dari beberapa blog yang saya baca, RS ini cukup bagus pelayanannya, walaupun terbilang kecil. Ada 3 dokter yang direkomendasikan di beberapa blog tersebut, yaitu dr. Sarah Alatas, Dr. Alesia Novita, dan Dr. Siti. Khusus Dr. Siti, beliau bisa usg 4D. Tp usg ini tdk ditanggung BPJS ya....
Pada usia kehamilan 8 bulan, mulailah kami melakukan pemeriksaan di RSIA Bunda Aliyah. Karena ada beberapa dokter yang praktik pada hari itu (saat itu kami datang di hari Sabtu), saya h2c untuk bisa dapatkan dokter yang direferensikan oleh beberapa blogger. Sebab peserta BPJS di kunjungan pertama tidak bisa memilih dokter. Di hari itu ada dua dokter rekomendasi dan beberapa dokter yg lain baik itu ce atau co. Klo saya sebisa mungkin ingin dapat dokter ce, walo bukan yg favoritlah. Namun ternyata kami beruntung, bisa mendapatkan Dr. Alesia Novita, SpOG.
Yg harus dibawa untuk pemeriksaan di RS adalah, surat rujukan dari faskes 1 + copy 2 lbr, copy ktp ibu 2 lbr, copy kartu BPJS ibu 2 lbr. kalo bisa copy-nya agak banyakan untuk jaga2. Ohya, pada kunjungan yg pertama sebisa mungkin meminta kepada dokter yg memeriksa agar mengisi lembar surat rujukan untuk bisa berlaku selama beberapa bulan, agar tidak bolak balik ke Puskesmas untuk mendapat rujukan baru. Surat rujukan berlaku minimal 1 bulan dari tgl surat dibuat.
Pada awalnya, kelahiran diputuskan pada tgl 25 November. Namun urung dilakukan karena pada pemeriksaan terakhir sang dokter tidak praktik. Baru pada tgl 23 November praktik kembali. Pada pemeriksaan yg terakhir ini diputuskanlah tgl 1 Desember untuk istri melahirkan secara SC.
Pada hari H-nya, mulailah proses kelahiran. Nah beberapa dokumen yang harus dibawa adalah surat rekomendasi melahirkan dari dokter, copy ktp ibu 2 lbr, copy kartu BPJS ibu 2 lbr. Copy lbh banyak juga gapapa, buat juga2. Nantinya ada beberapa prosedur yg harus dilakukan dan dokumen yang harus ditandatangani. Agak banyak sh, tapi gapapa jalani aja. Nah untuk kamar, ini yang agak ribet. Disinilah saya agak kecewa sedikit. Pada tgl 1 Desember, kami datang dan memeriksa, tnt tidak ada kamar yg kosong untuk kelas 1 (kami sekeluarga adalah peserta BPJS kelas 1). Akhirnya kami memilih kamar kelas 2 untuk sementara.
Akhirnya pada jam 14.30, istri saya masuk ruang operasi. Dan pada jam 15.59, buah hati tercinta sudah lahir dengan sehat, lengkap dan cantik. Dengan berat 2960 gr dan panjang 49 cm. Dan kami beri nama Elyonna Shanna Kurniawan.
Istri saya baru dipindahkan ke kamar perawatan 1-2 jam kemudian. Nanti perawat RS akan memberikan 1 lbr form untuk diisi. Form itu yg akan menjadi dasar pembuatan surat keterangan lahir dan surat keterangan rawat inap. 2 surat itu yg nantikan harus kita lampirkan untuk pencetakan kartu BPJS anak yg baru lahir. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas.
Yg membuat saya sedikit kecewa di RSIA Bunda Aliyah adalah kamar kelas 1 yg harusnya istri saya tempati baru didapat pada malam terakhir. Selama 2 malam sebelumnya berada di kelas 2. Ditambah lagi, pada hari terakhir bayi kami tidak bisa ikut pulang karena harus diobservasi lebih lanjut. Sebab hasil pemeriksaan terakhir menunjukan tingkat bilirubin bayi kami mencapai 11,5. Dikuatirkan akan terus meningkat melebih batas aman yaitu 12. Dengan berat hati, akhirnya bayi kami harus menginap 1 malam lagi untuk disinar.  Dan biayanya adalah sebesar 4 juta rupiah. Tp berhubung bayi kami sudah didaftarkan ke BPJS, jadi tidak bayar. Fiuh... Bisa napas lega.
Berhubung hari itu adalah hari Minggu, maka saya minta dispensasi untuk bisa mencetak kartu BPJS dan menyerahkan pada hari Seninnya. Karena kan kantor BPJS ga ada yg buka hari Sabtu dan Minggu. Untungnya diperbolehkan oleh pihak RS, jadi aman... Senin paginya saya langsung urus ke kantor BPJS terdekat, dan membawa ke RS. Untungnya lagi, ternyata bayi kami bisa keluar RS pada hari Senin itu juga.
Nah itulah cerita pengalaman kami melakukan pemeriksaan kehamilan istri, proses kelahiran, sampai perawatan lanjutan bayi karena tingkat bilirubin yg cukup tinggi.
Sekedar tips dari saya:
1. Rajin2 bertanya ke pihak faskes 1 maupun RS terkait dokumen yg diperlukan.
2. Jika di RS tidak mendapat fasilitas yg seharusnya (kamar), harus sering mengecek ke bagian admin RS. Kalo ga, sampai keluar dari RS, tidak mendapat fasilitas yg seharusnya.
Maaf klo kepanjangan ceritanya... Hehehe...

Minggu, 12 Juni 2016

Hati yang melayani - Steve Tabalujan

Matius 20:26-28
“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah dia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu hendaklah dia menjadi hambamu. Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang”

1. Melayani itu adalah Privilege.
Barangsiapa ingin menjadi besar…, kalimat ini memberi indikasi Tuhan tidak pernah melarang kita memiliki ambisi untuk menjadi besar, memiliki keinginan menjadi orang yang "besar" di dalam pelayanan Tuhan. But if you want to be great, jadilah hamba dengan contoh melayani.
Melayani Tuhan itu berarti sesuatu hak khusus yang Tuhan beri kepada setiap kita. Kenapa? Sebab Kristus di sini menaruh prinsip pelayan, murid-murid menjadi hamba bukan sebagai sesuatu yang Dia paksa inginkan tetapi Dia sendiri telah memberi contoh.
Waktu Dia menebus hidup kita, Dia memberikan semua keagungan, kebesaran, dan kemulianNya buat kita.Tidak ada orang yang menjadi besar tanpa dia memberikan contoh terlebih dahulu menjadi pelayan di dalam melayani. Itulah sebabnya ‘to serve is a privilege.
2. Melayani itu Anugerah.
Dalam kitab 2 Korintus 4:1 bagi saya ini adalah salah satu prinsip pelayanan yang penting dari rasul Paulus yang mengatakan, “This is by grace of God, this is by His kindness to me…" Saya bisa ambil bagian di dalam pelayanan karena ini adalah anugerah kebaikan dari Tuhan, saya terima dengan hati bersyukur.
Dalam Bahasa Indonesia nya, "Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati"
Bukan saja kita harus setia dalam melayani Tuhan, tetapi Tuhan juga mau kita untuk berani.
Dalam kitab Bilangan pasal 13, "Aku akan memberikan tanah perjanjian itu kepadamu tetapi engkau harus maju berperang untuk mendapatkannya." Tanah perjanjian yang diberi Tuhan itu adalah anugerah. Kalau Tuhan tidak memberikannya, kita tidak bisa mendapatkannya. Tetapi bisakah itu datang kepada kita seperti satu hadiah jatuh dari langit?
Kita tidak boleh abaikan prinsip ini: bahwa segala sesuatu yang datang ke dalam hidup kita itu datangnya sebagai berkat dan anugerah dari Tuhan.
Setiap kali anugerah itu datang, dia selalu datang bersamaan dengan respons yang berani.

  • Menerima pelayanan Tuhan itu sebagai kepercayaan, jangan terima dengan pasrah.
  • Menerima pelayanan Tuhan sebagai anugerah dan berkat Tuhan, jangan terima secara terpaksa.
  • Menerima pelayanan Tuhan sebagai anugerah Tuhan, jangan terima dengan malas.
  • Menerima pelayanan sebagai berkat  Tuhan yang datang ke dalam hidupmu jangan terima sebagai sesuatu yang begitu saja datang.
Kalau anugerah Tuhan datang kepadamu, jangan terima dengan pasif dan pasrah. Tuhan tuntut respons dan reaksi dari sisi kita. Karena kemurahan Allah saya terima pelayanan ini dan saya terima dengan spirit berani.
3. Melayani itu harus tuntas, jangan setengah-setengah!!
Galatia 6:9
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah.”
To serve until goal’s happening di dalam hidup kita. Memulai sesuatu itu gampang, tetapi konsisten berada di dalam perjalanan itu bukan hal yang gampang. Hati kita gampang jatuh bangun, kemudian kecewa, pudar, tawar, hal itu lumrah di dalam hidup kita. Tetapi di tengah-tengah seperti itu kita tidak boleh mengabaikan hal ini.
Tetapi setiap kita melayani Tuhan, tidak boleh tidak harus berani jalan terus & maju.
Mazmur 126:5-6,
“Orang yang menabur benih sambil mencucurkan air mata pasti pulang dengan sorak sorai membawa berkas-berkasnya.”
Berjalan maju dengan air mata tetap tabur benih, pasti pulang membawa berkas-berkasnya. Banyak orang mau tabur benih, mau lekas-lekas dapat berkas-berkasnya tetapi tidak mau dua hal ini: berjalan maju (menabur benih) dan dengan air mata.
Setiap kita melayani, kita punya goal. Kita harap ingin terus maju. Pelayanan tetap harus berjalan. Kalaupun belum tercapai tetap hati kita harus selalu ada goal.
4. Melayani itu jangan pernah melihat ke belakang.
Kitab Filipi 3:13 “Aku mengejar apa yang di depan…” Prinsip pelayanan yang penting, kita tidak boleh berhenti untuk hanya kagum atas apa yang kita capai di masa-masa yang lampau. Kita harus terus berjalan, kita sadar pekerjaan Tuhan masih belum selesai, masih belum lengkap, masih banyak yang bisa kita kerjakan. Tidak bisa kesuksesan masa lalu itu menjadi penghalang di dalam pelayanan setiap kita. Melayani dengan tidak melihat apa yang kita sudah kerjakan itu  sempurna. Tidak juga merasa apa yang sudah kita capai menjadi sesuatu kebanggaan dan kesuksesan kita.
5. Melayani itu harus dengan menikmati kepuasan tersendiri di dalamnya.
Kisah Para Rasul 20:35 kalimat Tuhan Yesus, “Adalah lebih berbahagia orang yang memberi daripada menerima.”
2 Korintus 8:1-15, Paulus bicara mengenai pelayanan jemaat di Makedonia. Ini menjadi prinsip pelayanan mereka: ‘find a kind of satisfaction in serving others than to be served.
Bukan soal melayani atau tidak melayani, tetapi pada waktu kita melayani temukanlah satu kepuasan di dalamnya. Itu akan membuat pelayanan kita lebih stabil, lebih konsisten seumur hidup kita.
Ada kerelaan hati, ada sukacita, ada cinta yang muncul sehingga waktu kita mengerjakannya kita bisa menikmati keindahan di dalamnya.
Pelayanan itu ditopang dengan hati yang generous.
6. Melayani dengan Murah Hati.
Lukas 6:36
“Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
Memberikan hospitality. Konsep ini penting sekali karena ini salah satu yang Tuhan mau ada di dalam hati kita,  sebab ada tertulis dalam
Ibrani 13:2
“Janganlah kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang yang tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.
Orang lain berbeda dengan saudara sendiri. Orang lain berbeda dengan jemaat sendiri. Orang lain berbeda dengan anggota gereja sendiri.
Kita gampang melayani ‘sesama’ tetapi sulit buat ‘others.’
Sesama berarti kadang-kadang mungkin dituntut adanya "hukum timbal balik", tapi kalau othersberarti kita memberi dan jangan berharap mendapat balasan karena mungkin dia hanya orang asing yang numpang lewat saja. Dalam hal inilah menurut saya, konsep hospitality ini muncul.
Kalau kita sebagai anak-anak Tuhan hanya berbuat baik kepada orang yang baik kepada kita, melayani kepada orang yang sudah melayanimu, memberi kepada orang yang sudah memberi kepadamu, itu tidak berbeda jauh dengan orang yang tidak percaya Tuhan.
Mulai jadikan hari-hari kita memberi untuk orang lain dan hari-hari yang lain menjadi hari milikmu. Jadikan ada hari di dalam hidupmu, waktu di dalam hidupmu, bagian di dalam hidupmu bagi orang lain. Artinya, itu memang keluar dari hidup kita dengan tidak menuntut balas kembali.
Kalau kita datang ke gereja dengan pikiran, ‘apa yang bisa saya dapat, apa yang bisa kita dapat?’ kita akan kehilangan aspek hospitality ini.
Biar masing-masing dari kita semakin mempunyai "Hati yang Melayani."
Sumber: www.Penyembah.com

Mempraktikkan hadirat Tuhan

Bincang santai bersama Israel Houghton

Setelah sukses yang mencolok dengan dua persembahan studio yang mengumpulkan Grammy berturut-turut 2 kali bagi Israel sebagai artis solo (Best Pop / Contemporary Gospel Album 2009, 2010), ia kembali dengan New Breed, dan bersama-sama mereka kembali ke akar mereka dengan mereka pada Agustus 2012 dengan merilis “Jesus at the Center”. Persembahan baru berupa rekaman secara langsung yang direkam bersama komunitas kediaman Houghton di Gereja Lakewood di Houston, Texas, di mana dia menjabat sebagai pemimpin pujian dan penyembahan. Dan alasan semua ini menjadi relevan jika ada seorang pemimpin tunggal yang memahami pentingnya keunggulan dalam memimpin pelayanan ibadah sekaligus memastikan kuasa dari kehadiran Roh Kudus dinyatakan, dialah Israel Houghton.
"Kami selalu mendengar pemimpin pujian dan penyembahan mengatakan, ‘Kita berada di sini bukan untuk melakukan pertunjukkan, kita berada di sini hanya untuk menyembah.’” Demikianlah Houghton memulai. "Yah Anda bisa melakukannya di rumah. Melihatlah ke sekeliling, ada sejumlah besar orang di sini yang memiliki sesuatu kesamaan. Mereka mencari inspirasi. Mereka mencari seseorang untuk mengantar mereka ke hati Yesus. Anda memiliki peran untuk bermain. ... Dan saya menyadari kita harus melewati suatu tempat dimana hanya ada tentang musik di sana. Pada akhirnya, ini harus benar-benar menjadi tentang membawa orang-orang ke tempat di mana mereka mengatakan, 'Wow. Saya mendengar suara Tuhan sekarang. Saya merasakan kekuatan yang tidak saya rasakan ketika saya tiba di sini. '"
Menghibur Kami?
Melakukan pertunjukkan berarti "untuk menyajikan (bentuk hiburan) kepada penonton." Jadi mungkin kami memiliki beberapa masalah dengan kata "hiburan." Namun, hiburan adalah bagian dari banyak pelayanan. Jika pendeta Anda tidak menghibur Anda, Anda hanya akan mendengarkan dalam lima menit pertama dari khotbahnya. Tentu saja hal-hal ini sifatnya bervariasi. Jika semua yang dia lakukan selama 45 menit adalah menghibur jemaat, maka kita akan memiliki masalah.
"Ada saat-saat lain ketika produksi menjadi sangat menakjubkan dan dramatis, yang mana Anda dapat melihat adanya inspirasi di dalamnya. Tapi kadang-kadang dalam melakukan pertunjukkan, pendekatan yang paling sederhana, yang dikupas ke bawah, yang diskalakan kebawah, mungkin menjadi yang terbaik. Di gereja saya, salah satu hal yang kita lakukan sebagai sebuah tim adalah memeriksa upaya yang kita lakukan dalam ibadah Paskah. Untuk akhir pekan Paskah kita menuangkan upaya besar dalam bagaimana lagu akan terstruktur, bagaimana kami akan membawakan hal itu, kita merencanakan hal yang akan kita lakukan dengan drum besar ini. Apapun itu. Saya bertanya kepada tim kami, "Bagaimana jika kita melakukan hal seperti ini setiap minggu?" Hanya melakukan hal seperti ini dengan maksimal setiap minggu? Setiap beberapa bulan di Lakewood, saya harus mengingatkan tim kami sebagaimana saya mengingatkan diri saya juga: kita tidak berada di sini karena kita adalah musisi terbaik yang dapat mereka temukan, kita berada di sini karena Allah mengatur hal itu. Hanya ada 52 hari Minggu dalam setahun. Anda memiliki 52 peluang dengan jemaat yang Allah percayakan untuk Anda memimpin tiap tahun.
Jangan Menyakiti
Intinya dalam hal ini adalah menghindari pertunjukkan justru memberikkan dampak buruk daripada dampak yang baik. Houghton menjelaskan, "Dari sudut pandang saya, pertunjukkan yang buruk adalah ketika seseorang sedang memimpin dan mereka mungkin juga memiliki tanda yang mengatakan, 'Lihatlah aku. Aku akan mengesankan Anda.’ Itulah yang saya sebut sebagai pujian dan penyembahan yang timpang. Sedangkan pujian dan penyembahan yang sehat, yang saya minta dari tim saya baik di Lakewood dan dengan New Breed, memahami bahwa kita berada di sini untuk cara sesuatu yang lebih besar dari diri kita sendiri dan kita secara agresif mengejar itu saat ini.
"Itulah mengapa pertunjukkan adalah sebuah kata yang sulit bahkan untuk saat ini. Karena saya ingin menjadi bagian dari yang menginspirasi Anda untuk menyembah Allah, dan saya tahu bahwa beberapa inspirasi datang berasal dari kesempurnaan. Saya tidak bodoh, saya memahami bagian tersebut. Tetapi bukannya mengandalkan Yesus, contoh cara memimpin yang keliru adalah bergantung pada kemampuan, pada talenta. Hal ini pada intinya telah sampai pada titik dimana kita mencoba menyenangkan orang-orang melalui talenta kita. 
Kualitas Kinerja
Jadi hal apakah yang termasuk dalam sebuah pertunjukkan pujian dan penyembahan yang baik? Untuk Houghton, ada banyak naluri yang terlibat dan latihan jangka panjang yang mencakup musik, tetapi jauh melampaui itu. "Saya sudah membidangi hal ini selama 22 tahun sebagai pelayan penuh waktu," kata Houghton. "Dan jika ada suatu rumusan, saya merasa sedikit senang karena saya tidak mengetahui akan hal tersebut. Apakah itu masuk akal? Saya cenderung untuk membaca sebuah ruangan, membaca sebuah suasana - tentu berlatih dengan lagu dan tahu apa yang akan kita nyanyikan dan apa yang akan kita lakukan - tapi saya tidak pernah menggantung topi saya pada hal itu. Saya selalu mencari saat itu. Selalu bertanya, "Tuhan, bagaimana Engkau ingin melakukan hal ini?"
"Dan dari segi musik Pastor Joel benar-benar menyukai ketika saya membawanya ke tempat yang tak terduga. Tapi tahukah Anda, kita memiliki bagian sangkakala secara keseluruhan. Saya tidak dapat melakukannya kecuali kita benar-benar mempraktekkan kehadiran Allah secara bersama-sama. Jadi aku akan menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang tersebut. Saya akan menghabiskan waktu untuk membuat mereka yakin bahwa mereka tahu seluk-dan-beluk lagu. Dan setelah memimpin dengan mereka selama 11 tahun, mereka tahu bahwa jika saya mengangkat kaki kanan saya, dan saya bahkan tidak menyadari ketika mengangkat kaki kanan saya, mereka tahu itu berarti, 'Oke saya pikir dia akan melakukan chorus lagi.’ Tetapi kami telah belajar satu sama lain dari waktu ke waktu. Kita tidak bisa melakukan itu tanpa menghabiskan waktu bersama-sama secara nyata di balik layar. "
Tolok Ukur
Pada akhirnya, Houghton percaya dalam hal latihan. Ini adalah aspek yang paling penting dari pertunjukkan dalam ibadah. Dan dengan mempraktekkannya, kita berarti berlatih kehadiran Allah. Tanpa Roh Allah sebagai kekuatan pendorong untuk musik kami dan kepemimpinan kami, musik yang dimainkan pada ibadah hanya menjadi sebuah pertunjukkan belaka. Kita harus memastikan bahwa waktu kita melakukannya diterjemahkan menjadi sebuah kepemimpinan dalam pujian dan penyembahan.
Houghton menjelaskan, "Jangan membuat hari Minggu ini pertama kali Anda membuka telinga Anda untuk suara Allah sepanjang minggu. Pastikan ada kehidupan penyembahan abadi yang terjadi. Anda pernah mendengar pernyataan, "Anda tidak dapat membawa orang-orang ke suatu tempat dimana Anda tidak pernah pergi." Jadi harus ada waktu-waktu sepanjang minggu di mana Anda terhubung dengan Tuhan-mungkin berdoa atas daftar lagu Anda. Kuncinya adalah memastikan koneksi tetap jelas sepanjang minggu. Anda melatih tentang kehadiran Allah."
Pada akhirnya ini adalah pelajaran terbesar dari pemenang empat kali penghargaan Grammy di bidang pujian dan penyembahan yang dapat bagikan bersama dengan kami: kehadiran Allah adalah apa yang membuat pertunjukkan pujian dan penyembahan yang baik. Bahkan, kehadiran Allah adalah satu-satunya yang mengangkat sebuah pertunjukkan pujian dan penyembahan kepada kepemimpinan pujian dan penyembahan. Hal ini menjadi lebih dari hanya sekedar pertunjukkan belaka.
Sumber: www.WorshipLeader.com
Terjemahan : www.penyembah.com