Kamis, 09 April 2015

Pembunuh Berusia 19 Tahun Itu Merindukan Ayahnya

Kategori: love bites

Para ayah, kembalilah ke rumah…

TADI malam, kulihat siaran televisi, membahas peristiwa yang belakangan ini ramai dibicarakan orang yakni pembunuhan seorang remaja berusia 19 tahun oleh mantan pacar dan kekasih baru sang mantan yang ironisnya juga teman sesekolah saat SMA.

Itu perbuatan jahat, kata ibu Elly Risman, psikolog yang diundang sebagai narasumber dalam siaran televisi tersebut. Itu bukan lagi kenakalan remaja. Itu jahat. Dengan prihatin, harus kukatakan bahwa aku menyepakati apa yang dikatakan ibu Elly. Apa yang terjadi, bukan lagi nakal, tapi jahat.

Anak remaja, memang sering bertingkah nakal dan lucu. Usianya yang berada di antara anak-anak dan dewasa memang membuat mereka seperti itu. Tapi meminta seseorang yang dikenal untuk menemui lalu disetrum, disumpal mulutnya, sampai akhirnya meninggal, dan bahkan setelah itu kemudian sempat- sempatnya menjual HP sang korban untuk kemudian dibelikan aki mobil sang pembunuh yang ngadat, sungguh diluar nalar.

Beberapa analisa dari psikolog lain serta ahli kriminologi mengatakan bahwa sepasang kekasih itu mungkin tadinya tak bermaksud membunuh ( dan semata hanya ingin ‘memberi pelajaran’ ). Tapi tetap saja, itu diluar nalar. Logika yang lurus akan tahu bahwa setiap tindakan akan ada konsekwensinya. Nurani yang bersih akan tahu, menyiksa dan menyakiti orang lain itu tidak bisa dibenarkan.

Dan ini..menyetrum, dengan alat. Menyumpal mulut dengan kertas koran. Ah, tengoklah kebanyakan mobil. Jangankan alat setrum, bahkan kertas koranpun tak selalu ada di dalam mobil, bukan? Maka hal itu memang jelas sengaja disiapkan. Lalu juga, bagaimana saat mereka bicara — merencanakan — soal hendak memperdaya, menyetrum dan menyumpal mulut korbannya sepasang kekasih itu tidak memikirkan konsekwensinya? Memangnya mereka tidak tahu bahwa itu bisa berujung pada cedera berat atau kematian? Ada yang salah dengan pola pikir dan hati kedua orang itu.

Dan aku menyetujui apa yang dikatakan ibu Elly Risman: tengoklah kembali ke rumah, lihatlah bagaimana cara kedua anak itu diasuh dan dibesarkan. Besar kemungkinan, di situlah bolongnya.
Ibu Elly mengutip apa yang diceritakan oleh ibu sang korban yang berkata bahwa si lelaki mantan pacar yang kemudian membunuh anaknya dulu pernah bercerita padanya tentang apa keinginan terpendamnya. Tentang betapa dia ingin dipeluk oleh ayahnya, dipuji, dihargai. Betapa dia ingin ayahnya mengatakan bagaimana bangga sang ayah pada dirinya.

Intinya, dia adalah anak yang rupanya tak tercukupi kebutuhannya akan kasih sayang dari orang tuanya, terutama dari ayahnya. Hal yang menyebabkan kekosongan dalam jiwanya. Dan terjadilah semua itu. Bisa jadi, halnya kompleks. Ada masalah- masalah lain selain kurangnya kasih sayang sang ayah. Tapi jika ditilik dari ceritanya, hal tersebut memegang peranan besar dalam kekosongan jiwanya.

***

Selama beberapa tahun belakangan, dalam berbagai kesempatan aku beberapa kali pernah mengikuti presentasi dan diskusi yang diadakan oleh ibu Elly Risman secara live untuk beragam topik, dan aku ingat apa yang beliau katakan dalam salah satu sesinya.
” Para ayah, kembalilah ke rumah. “
Begitu yang ditekankan Ibu Elly suatu hari saat melakukan presentasi.

Saat itu kami sedang berada di suatu daerah dimana kebiasaan para lelaki di daerah itu secara budaya adalah berkumpul di warung kopi. Dan di situlah kudengar ibu Elly menyentil kebiasaan itu. Berapa banyak waktu yang dihabiskan para lelaki dan ayah pada petang dan malam hari di warung kopi itu, yang sebenarnya akan sangat berharga jika digunakan untuk melewatkan waktu bersama anak-anaknya di rumah.

Saat mendengar apa yang dikatakan ibu Elly ketika itu, terbayang olehku apa yang terjadi di banyak kota besar sebagai padanannya: bercengkrama di coffee shop, clubbing, atau apapun namanya, sepulang kantor. Ada banyak gerai kopi modern yang harga secangkir kopinya sungguh aduhai yang biasa dikunjungi oleh banyak orang seusai jam kerja.

Sekalian nunggu macet, alasan yang diberikan. Yang well…ada benar dan ada tidaknya. Jam pulang kantor, jalanan memang macet, tapi bagaimanapun, seseorang toh akan lebih cepat juga sampai di rumah jika dia langsung pulang seusai kantor daripada duduk- duduk dulu satu-dua jam di gerai kopi.

***

Kembali pada apa yang pernah kudengar dari sesi presentasi ibu Elly beberapa tahun yang lalu itu, sebenarnya waktu yang dibutuhkan untuk menjaga hubungan uang sehat antara ayah dan anak tidaklah banyak. Tiga puluh menit per hari. Itu yang dikatakan ibu Elly. Maka menjadi jelaslah bagiku kenapa ibu Elly menyentil kebiasaan mampir ke warung kopi di daerah dimana kami sedang berada itu.

Sebab orang biasanya ada di warung kopi lebih dari tiga puluh menit. Tapi lalu tiba di rumah larut malam dan tak lagi sempat menyisihkan waktu yang ‘tiga puluh menit saja’ bagi anaknya. Padahal, adalah penting bagi para ayah untuk menjalin komunikasi dengan anak-anaknya. Baik dengan anak lelaki maupun perempuan. Sebab ada hal- hal yang hanya para ayahlah yang bisa menyampaikan dengan baik pada anak-anaknya, lebih baik dari sang ibu.

Misalnya, pembicaraan tentang mimpi basah dengan anak-anak lelaki remaja, dan apa yang perlu dilakukan setelah itu (bagi pemeluk keyakinan tertentu: mandi, misalnya). Juga, para ayah perlu bicara terhadap anak perempuannya, menunjukkan sikap lelaki seperti apa yang baik dan tidak, misalnya, yang akan membantu sang anak kelak dapat memilih dengan baik pasangan hidupnya. Atau…tentang apapun juga. Ada 1001 macam hal yang bisa dibicarakan ayah dengan anaknya.

Para ayah, memang tak selalu bisa ada setiap detik, setiap menit dalam hidup anaknya secara fisik. Ada banyak hal lain yang juga perlu dilakukan dalam hidup olehnya. Tapi, dia perlu hadir di dalam diri anaknya, di dalam jiwa anaknya. Dan agar hal tersebut terjadi, mau tak mau, sang ayah harus meluangkan waktu untuk ada bersama anaknya setiap hari.

Maka…

Para ayah, mari kembali ke rumah demi masa depan anak- anak.
Tiga puluh menit saja…

Minggu, 29 Maret 2015

Fedofilia... penyakit atau kelainan?

Fedofilia.... Penyakit atau kelainan?
Gw ga pernah kepikir kenapa hal seperti itu. Waktu sekolah n di gereja, gw selalu diajarkan, bahwa kita hidup itu bukan cuma untuk kita  hari ini, tapi juga untuk anak cucu kita. Tapi bisa kebayang kan apa jadinya, kalo ternyata apa yang kita lakukan itu justu menghancurkan masa depan anak cucu kita.
Markus 10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.&
Udah jelaskan kalo anak kecil itu adalah kesayangan Allah. Ayat ini sangat jelas berkata demikian. Terus kq masih aja ada orang yang mo hancurin kehidupan anak kecil, padahal dy tau kalo hancurin masa depan anak kecil itu sangat berat hukumannya. Markus 9:42 &Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut&. Jelas banget kan.
Gw baca berita beberapa hari kemarin, bikin gw syok abis. Ga pernah kebayang banget. Alhasil, sekarang gw malah jadi was was ma anak gw yang sekarang udh mulai besar, walo baru mo 3 tahun bulan depan. Sampe-sampe sekarang gw jadi males kalo anak gw minta ditemenin pipis ato mandi... Gw sadar kalo gw ini bapak nya yang ga mungkin melakukan hal yang segila itu, tapi tetep aja karena anak gw itu cewek. Dan gw juga tau apa yang kita lakukan terhadap anak kita sekarang itu mempengaruhi masa depannya juga.
Itu adalah tulisan gw setahun kemarin yang belum selesai dibuat. Dan ternyata sampai dengan hari ini perkembangan kasus tersebut masih belum terlihat jelas. Walopun sebenarnya kasus itu sudah masuk dalam persidangan. Ternyata kasus fedofilia ini tidak hanya mengincar anak-anak kecil di sekolah, namun juga kalangan artis cilik yang memiliki manager bukan orang tua sendiri. Kenapa gw katakan orang tua, bukan keluarga? Karena keluarga pun ada kecenderungan menjadi pelakunya, walopun orang tua juga bisa saja. Intinya, yang menjadi pelaku fedofilia biasanya adalah orang terdekat dari si korban.
Fakta bahwa artispun bisa menjadi korban berdasarkan pemberitaan di media massa. Ada seorang artis cilik bernama T**** (sori, nama korban gw edit ya), menjadi korban pelecehan seksual bahkan perampokan yang dilakukan oleh managernya sendiri. Ini membuktikan apa yang gw sampaikan sebelumnya adalah benar. Siapa sih T****? Mungkin ada yang tanya. Itu loh penyanyi cilik yang terkenal dengan lagu &... aku yang dulu bukanlah aku yang sekarang. Dulu aku ditendang sekarang disayang. Dulu ku menderita,   sekarang ku bahagia...&. Tau donk siapa orangnya.
Tapi gw ga mo bahas tentang koban ini, cuma mo bahas tentang fenomenanya aja. Ga lebih dan ga  kurang (hehehe....). Gw mo nambahin dikit ayat lainnya, yaitu Lukas 18:16 &Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata:Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah...&. Ayat ini mengatakan bahwa orang yang membawa anak& kepada Tuhan adalah yg mempunyai kerajaan Allah. Berarti orang yang merusak anak& adalah empunya kerajaan iblis alias penghuni neraka.
So, melalui tulisan ini gw mo mengingatkan. Buat lo yang mempunyai anak masih kecil (kayak gw...) ataupun yang memiliki keponakan, adek (pokoknya yang masih kecil, lucu n menggemaskan), harus lebih care/perhatian terhadap lingkungan di sekitar mereka. Kenapa? Karena para pemangsa itu selalu saja mengintai orang yang kita sayangi itu. Mereka (para pemangsa) ada dimana& di sekitar kita, yang dengan leluasanya mengicar.
Hal yang harus kita perhatian juga adalah perubahan sikap dari anak, adik, keponakan, sepupu, dll. Apakah yang biasanya riang, tiba-tiba menjadi pendiam dan pemurung, bahkan menjadi tertutup. Ada juga yang menjadi lebih sensitif dan emosional. Jika ada perubahan seperti itu, wajib diperiksa. Apakah ada kejadian yang dialaminya sehingga berubah seperti itu. Dan jika terbukti telah terjadi atau mengalami, kalian harus segera mengkonsultasikan kepada pihak yang berwenang, apakah itu komnas anak, psikiater, guru agama (pembimbing agama di tempat ibadah) atau yang lainnya, sebelum laporkan ke kepolisian. Hal ini untuk membantu psikologis anak ketika menceritakan hal tersebut.
Jadi kalau ditanya fedofilia itu penyakit ato kelainan? Menurut gw, itu adalah kelainan jiwa yang harus diwaspadai. Kalo penyakit bisa sembuh, tapi kalo kelainan susah untuk diobati. Karena cenderung para pelaku akan kembali ke habitat asal jika tidak mendapatkan perhatian khusus. Sekian untuk saat ini. Buat nulis ini aja butuh 1 tahun... hehehe... Gapapalah, yang penting akhirnya jadi juga. Oke deh. See u next time, jangan lupa komen ya buat perbaikan. Maklum masih newbie... ^_^

Kamis, 19 Maret 2015

Kisah dibalik seorang pemerkosa

Di suatu Koran Itali, munculah berita pencarian orang yang istimewa di Wayeli (nama sebuah kota di Italia, ) seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Beberapa bulan kemudian, sang wanita yang diperkosa melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam.


Ia dan suaminya terpaksa menanggung tanggung jawab untuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi tersebut menderita leukemia (kanker darah), dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera untuk keselamatan nyawanya.


Ayah kandungnya ( Si Pemerkosa) merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya dan wanita yang diperkosa lelaki hitam tersebut berkata "Demi anak Aku bersiap berlapang dada memaafkannya bila ia bersedia muncul menyelamatkannya" .


Disemua Media massa, ditulis agar pelaku bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth. Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul ?


Padahal jelas ia akan menghadapi kesulitan besar, Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni.


Kisah ini akan berakhir bagaimanakah?
Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha, 35 tahun, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang.


Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi diantara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap orang di sekitar mereka untuk bertanya, Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.


Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.


Dokter menjelaskan lebih lanjut. Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Diharapkan seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.

Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. (suratkabar Roma) Komentar dengan topik : Orang hitam itu akan munculkah?


Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini?


Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang terus bertanya siapakah wanita ini Mereka ingin bertemu dengannya, berharap dapat memberikan bantuan padanya.


Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.

Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu.


Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan.

Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain.


Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring.


Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih.


Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.


Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini.Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya.


Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dengan anak perempuan merka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka.


Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu.


Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya.


Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun.


Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malangitu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya.

Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi Telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, iatelah menutupnya kembali.


Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik.


Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha.


Sang istri, Lina berkata : “Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian”.


Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan: Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu? Sedikitpun aku tak akan memaafkannya!!!

Sampai sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru berkata padanya untuk menenangkan ayahnya : “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya.


Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu.


Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri : “Aku ini sebenarnya orang baik, atau orang jahat?”


Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya.


Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : “Selamat pagi, manager!” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata :”Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya.


Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika.


Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya.


Terakhir ia berkata : “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika Aku harus menyelamatkannya Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah : ”Kau PEMBOHONG!”

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely.8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika.


Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dalam keheningan.


Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini.


Mereka terus-menerus menelepon, menulis suratpada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka berpendapat : “Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!” 10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili.


Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini. 18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili.


19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter berkata dengan antusias :
“Ini suatu keajaiban!”


22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat.


Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka.

Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata :”Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian.


Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa.


Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di saparuh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku!